ANAK HARU
tangisnya seperti sayat biola di angkasa kelam kanak-kanak hariku
sekokoh apapun bangunan ceriaku melantak luluh tergetar pilu
ia telah pergi tapi kecupnya tinggalkan binar tanpa citranya pernah memudar
di sekujur ingatanku yang melayu rapuh terguyur hujan waktu
ia bernama ibu
perempuan di perbatasan masa lalu yang menungguku pulang
tiada bertanya apakah aku kalah atau menang
dalam sengkarut hidup yang lebih rumit dari cerita wayang
ia selalu punya pelukan nyaman
pengampunan tak berkesudahan
gudang cinta yang tak pernah habis isinya
dulu, sebelum beranjak
ia tumbuhkan sepasang sayap pada punggung hatiku
"biar semua keluhmu sampai ke telinga jiwaku"
lalu pejam matanya tinggalkan aku
ibu,
dengar aku
...
Yogya, 28 September 2007
Maria Ingrid
Thursday, October 4, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment